Pernahkah kamu bertanya kepada seorang anak yang tidak memiliki apa-apa saat perayaan Idul Fitri? Bagaimana perasaannya saat ia mendengarkan suara adzan tapi ia melihat meja makan kosong tanpa makanan?
Apa jawaban yang ia punya ketika teman-temannya bertanya, “Mana baju barumu?” atau… “Lebaran kamu mau liburan ke mana?”
Ia lihat orang-orang di sekitar, mereka nampak senang dan tak sabar. Tak hanya di lingkungan desa, tapi juga di TV, radio dan baliho di jalanan. Semuanya pada menawarkan diskon besar-besaran, agar setiap orang bisa merayakan lebaran dengan baju baru dan beraneka ragam makanan.
Walaupun kehidupan di luar terus berjalan, anak itu selalu dipenuhi rasa takut saat Idul Fitri datang. Ketakutan dan kegelisahan itu muncul karena ia merasa malu. Jawaban apa yang harus ia berikan kepada tetangga dan teman, mengapa ia tak punya baju baru, mengapa tidak ada kue lebaran di meja. Meskipun mereka semua tahu bahwa anak itu berasal dari keluarga paling miskin di desa. Namun, tetap saja ia nantikan pertanyaan-pertanyaan ‘enteng’ tersebut dengan penuh kecemasan.
Tak tahan dengan kesedihan, ia pun menatap langit hitam penuh bintang, agar Tuhan bergegas mengirimkan keajaiban. Ia sudah tak berani meminta apa-apa lagi dari ibunya, sebab ia tahu sang ibu sudah melakukan apapun yang ia bisa agar anak-anaknya bisa terus makan. Meminta hanya akan mematahkan hatinya. Tuhan pun jadi satu-satunya tempat ia tunduk dan meneteskan airmata.
Seketika itu juga seseorang mengetuk pintu rumahnya, mengantarkan beras zakat. Malam itu, beras zakat bukan jawaban yang ia inginkan sebagai seorang anak. Ia ingin baju baru, sepatu baru, dan makanan yang lezat. Namun, itu adalah malam yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup, karena ia ingat perasaan terharu dan bahagia luar biasa. Tak hanya seseorang, namun banyak orang di luar sana peduli dan tahu bahwa ia dan keluarganya butuh bantuan. Mereka cukup peduli untuk berbagi kebutuhan pokok mereka untuk keluarganya, agar mereka tetap bisa makan di hari lebaran.
Jangan pernah lupa, bahwa setiap untaian doa, puasa dan zakat yang engkau berikan selama bulan Ramadan, selalu bermakna luar biasa, tak hanya untuk dirimu sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Seperti yang selalu diajarkan, puasa adalah cara kita bisa sefrekuensi dengan mereka yang belum beruntung dan tak punya. Agar kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Zakat adalah pengingat kuat mengapa berbagi saat merayakan Idul Fitri itu penting… Karena bagi anak itu dan anak-anak lainnya yang tak memiliki apa-apa, satu pemberiaan saja bisa menjadi segalanya untuk mereka.