Usiaku sekarang 30 tahun dan aku dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat cuek, tidak perhatian dan sering tidak peduli. Ibuku galak, bahkan di usiaku yang baru menginjak 6 tahun dimana di saat itu aku belum tahu antara salah dan benar, boleh dan tidak boleh. Saat aku melakukan kesalahan aku selalu dipukuli sampai badanku memar-memar. Ayahku kerap kali melihatnya tapi seolah tidak peduli dan tidak ada yang membelaku saat itu.
Dampak dari hal itu aku jadi sering berbohong agar dapat pujian, dan untuk berlindung karena takut aku selalu berusaha membuat mereka senang dan bahagia.
Apapun akan aku lakukan untuk membuat orang tuaku bahagia. Tapi mereka tidak juga memerhatikanku. Misalnya saja di usiaku yang sekarang, mereka hanya memerhatikanku ketika aku memberi uang kepada mereka.
Lalu setelah menikah dan memiliki 2 anak aku baru menyadari ternyata selama ini aku hidup tidak menjadi diriku sendiri dan seringkali berbohong. Aku berada di titik yang sangat membenci diriku sendiri. Aku juga sering menutupi kesulitan dan selalu berusaha menghadapi apapun sendiri. Aku seperti ini karena takut, karena dulu saat aku berbicara jujur, yang aku dapatkan hanyalah pukulan dan amarah dari orangtuaku. Jadi sekarang, kupikir menutup-nutupi dan berbohong itu lebih baik.
Bukannya aku tidak bersyukur selama pernikahan, aku sering kekurangan saat dikasih uang belanja oleh suamiku. Awalnya aku iseng saja karena tidak berani meminta uang tambahan ke suami karena aku takut suamiku akan marah. Sebelumnya pun, diawal pernikahan aku pernah meminta tambahan uang belanja dan suamiku marah. Hal ini juga didukung karena sebelum menikah, aku bekerja dan terbiasa memegang uang yang cukup banyak. Jadilah diam-diam aku meminjam uang lewat online dan tidak berpikiran panjang tentang dampaknya akan seperti apa. Karena dari dulu aku juga tidak terbiasa berpikir dampak buruk apa yang telah aku lakukan, yang penting di detik itu aku aman. Sampai akhirnya pada saat ini aku terlilit hutang sendirian. Selama ini saat membayar hutang aku membayarnya dari uang bulananku. Lalu jika aku merasa kurang, aku pinjam lagi lewat online. Jadi seperti gali lubang, tutup lubang.
Aku pernah mencoba untuk bercerita tentang hal ini ke suamiku, tapi lagi-lagi aku tidak menceritakan semuanya. Hanya sebagian saja yang aku ceritakan karena aku takut suamiku membantu menyelesaikannya pada saat itu.
Sekarang aku kebingungan, apa lagi yang harus aku lakukan sementara hutangku masih banyak. Aku takut mau menceritakan tentang semuanya ke suami karena tahu kondisi suami tidak memungkinkan untuk membantu dan aku juga yakin kalau misal aku jujur, taruhannya adalah aku bisa saja di ceraikan suamiku dan aku tidak siap berpisah dengan suami dan anak-anak. Bodohnya aku, kenapa tidak berpikiran dari awal kalau akhirnya akan seperti ini. Aku benci diriku, apa aku harus merasakan hancur dulu? Apa kehancuran memang pantas aku dapatkan dari kecil karena aku sudah sering kesusahan?
Dan disaat ini aku sudah berada di titik dimana aku sering berpikiran untuk bunuh diri saja. Aku tidak sanggup untuk menghadapi kenyataan yang akan terjadi.
Terimakasih untuk waktunya, semoga berkenan dibaca. Ini kesempatan pertama yang pernah aku lakukan untuk meluapkan semua isi hati yang tidak pernah orang lain ketahui.