Analisis Transaksional

Oleh: NN

Dilihat:
[post-views]
kali

Apa itu Analisis Transaksional?

Analisis transaksional adalah terapi bicara dan sesi-sesi yang didesain untuk mengeksplorasi kepribadian seseorang serta bagaimana kepribadian tersebut dibentuk oleh pengalaman – terutama yang berakar dari masa kecil. Analisis ini dicapai melalui pertanyaan dan penggunaan berbagai model, teknik, dan perangkat yang digunakan secara ahli.

Dalam konseling, terapi AT sangat serbaguna, karena bisa digunakan dalam banyak area dan menggabungkan tema-tema kunci dari terapi humanistik, integratif dan psikoanalisis, serta psikodinamis.

Tantangan apa yang paling sesuai dengan Analisis Transaksional?

Didesain untuk memajukan perkembangan dan perubahan pribadi, analisis transaksional menawarkan kesempatan untuk mengembangkan semua jenis keahlian yang bisa diterapkan di semua ruang kehidupan. Terapi jadi sangat bernilai untuk memecahkan banyak jenis masalah.

AT telah sukses diaplikasikan dalam begitu banyak kondisi di luar konseling, termasuk pelatihan dan konsultasi organisasi, pengasuhan anak, edukasi, dan pelatihan.

Berapa lama terapi ini berlangsung?

Sesi bisa dijalankan dalam bentuk konseling tatap muka hanya antara klien dengan terapis, atau bersama keluarga, pasangan, maupun kelompok. Meskipun terapi ini biasa dikenal sebagai pendekatan ringkas yang berpusat pada solusi, analisis transaksional juga bisa diterapkan untuk terapi mendalam untuk jangka lama yang efektif.

Apa yang terjadi selama Analisis Transaksional berlangsung?

Dalam terapi ini, sang terapis berkolaborasi dengan kliennya. Bersama-sama mereka akan mengidentifikasi apa yang salah dari komunikasi klien lalu menyediakan kesempatan untuk mengubah pola berulang yang membatasi potensi sang klien.

Konsep utama dari analisis transaksional:

1. Ego-state

Ego-state merujuk pada tiga bagian utama dari kepribadian individu. Masing-masing dari ketiganya merefleksikan keseluruhan sistem berpikir, perasaan, dan perilaku. Ketiga ego-state tersebut adalah:

2. Naskah ketidaksadaran (Unconscious scripts)

Kita semua punya potensi untuk menjalani hidup yang kita mau, daripada hidup yang ditentukan untuk kita. Namun, kadang potensi ini terhambat oleh pola berulang atau ‘naskah ketidaksadaran (unconscious script)’ yang berakar dari berbagai keputusan dan ajaran masa kecil kita. Karakteristik ini menunjukkan bahwa ego-state anak-anak menindas dan menodai bagian lain dari kepribadian seseorang.

Terapis AT menggunakan teori ‘naskah hidup’ untuk mengidentifikasi naskah-naskah ketidaksadaran tersebut. Hal ini akan dianalisis dengan menggunakan model ego-state, dan identifikasinya sangat penting untuk membantu klien menyadari bagaimana izin atau larangan tertentu yang mereka terima saat kecil berdampak pada kehidupan dan cara komunikasinya.

3. Transaksi

Ketika orang-orang berkomunikasi, berbagai ego-statenya berinteraksi untuk membuat transaksi. Jika ego-state berinteraksi dan melebur dengan cara yang sehat, transaksi akan cenderung lebih sehat. Namun, adakalanya ego-state bisa menodai satu sama lain sehingga malah menciptakan pandangan hidup yang terdistorsi. Transaksi bisa diklasifikasikan sebagai sejajar (straightforward), menyilang (crossed-up), atau terselubung (ulterior). Memahami semua itu adalah kunci untuk menyelesaikan konflik.

4. Pengakuan (Strokes)

Pengakuan (strokes) merujuk pada pujian, penerimaan, dan pengakuan, yang memengaruhi bagaimana orang-orang mengarahkan hidupnya. Terapi AT mengakui bahwa kita sangat termotivasi dengan penguatan yang kita dapat saat kecil. Jika ini mengalami disfungsi, kemungkinan besar kita akan mengadopsi pola hidup disfungsional ketika tumbuh besar.

5. Keintiman (Intimacy)

Motivasi lain yang diakui dalam analisis transaksional adalah keintiman. Mirip dengan pengakuan, jika seorang anak mengalami disfungsi keintiman akibatnya adalah masalah. Anak-anak bisa belajar bahwa keintiman jenis ini adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini bisa menyebabkan berkembangnya pola perilaku berulang yang akan menghambat potensi seseorang.

6. Membuat keputusan ulang (Redecision)

Hal ini merujuk pada kapasitas seseorang ‘untuk membuat keputusan ulang’ dan mengubah keputusan-keputusan tertentu yang dibuat saat kecil – yang berakar dari naskah ketidaksadaran. Membuat keputusan ulang mencerminkan aanggapan terapi AT bahwa orang-orang berpotensi mengarahkan hidupnya ketika mereka membuat pilihan. Kekuatan ini dilepaskan setelah keputusan ulang dibuat saat sang klien berada dalam ego-state anak-anaknya. Akhirnya terapis akan mendorong klien untuk menantang keyakinannya yang sekarang dan cara mereka menggunakan naskah kehidupannya. Ini akan membantu para klien lebih memahami tujuan dan pola hidupnya sendiri. Kesadaran ini bisa membantu mereka membuat keputusan untuk mengubah perilakunya.