Terapi Perilaku (Behavioural Therapy) merupakan terapi berbasis tindakan yang memperhatikan perkembangan perubahan perilaku positif.
Wujud dari terapi ini adalah mencoba mengenali dan membantu untuk merubah perilaku-perilaku yang berpotensi untuk merusak diri atau perilaku-perilaku tidak sehat. Terapi ini berfungsi pada gagasan bahwa semua perilaku bisa dipelajari dan perilaku-perilaku tidak sehat bisa dirubah.
Fokus dari perawatan ini seringkali ada pada masalah yang ada sekarang dan bagaimana merubahnya. Dan tujuan akhirnya adalah untuk mengajarkan perilaku baru kepada para klien untuk memperkecil atau membuang persoalan. Ada pula tiga bagian pokok yang juga menarik strategi pada terapi behavioral:
Menyandarkan pada teknik perilaku namun menambahkan elemen kognitif, yang berpusat pada pikiran problematik yang tersembunyi dibalik perilaku.
Memanfaatkan pengkondisian operan (operant conditioning) untuk membentuk dan memodifikasi perilaku bermasalah.
Berpusat pada bagaimana orang-orang belajar melalui pengamatan. Mengamati orang lain diberikan penghargaan atau dihukum berdasarkan tindakan yang mereka lakukan dapat mengarahkan pada proses belajar dan perubahan tingkah laku.
Terapi behavioral bisa bermanfaat untuk orang-orang dengan berbagai macam gangguan. Umumnya, kebanyakan orang mencoba terapi behavioral untuk mengobati:
Terapi ini juga bisa digunakan untuk mengobati kondisi dan gangguan seperti:
Ada dua hal pokok mengenai terapi behavioral:
Awal mulanya dikenal sebagai modifikasi perilaku, jenis terapi ini seringkali dirujuk sekaraang ini sebagai analisis perilaku terapan. Terapi ini melibatkan pembentukan gabungan antar stimulus. Stimulus-stimulus netral sebelumnya dipasangkan dengan sebuah Stimuli yang secara alami dan dengan sendirinya menimbulkan respon. Setelah dipasangkan secara berulang, penggabungan stimulus terbentuk dan perangsang netral yang sebelumnya akan mulai menimbulkan respon sendiri.
Proses ini menyangkut tentang menghadapkan orang-orang pada ketakutan – menghadirkan sebuah objek atau situasi secara intens dan cepat. Teknik ini seringkali digunakan untuk mengobati fobia, kecemasan, dan kelainan yang berhubungan dengan stress. Selama proses terapi, seorang individu dicegah untuk bisa melarikan diri atau menghindari situasi.
Contohnya:
Seorang klien menderita ketakutan yang sangat besar terhadap anjing. Pertama, klien tersebut akan dihadapkan pada seekor anjing kecil yang ramah untuk waktu yang lebih lama dari yang biasanya dia bisa hadapi. Setelah masa pemaparan terhadap anjing yang berulang dimana tidak ada hal buruk yang terjadi, respon ketakutan akan mulai memudar.
Teknik ini berpengaruh pada dasar pikiran yang sama dengan pembanjiran (flooding), namun, kali ini lebih bertahap. Terapis akan memulainya dengan menanyakan kepada individu menuliskan daftar ketakutan yang mereka miliki. Desensitisasi Sistematis ini seringkali digunakan untuk mengobati fobia. Prosesnya mengikuti tiga langkah dasar.
Contohnya:
Seorang klien memiliki rasa takut akan ruangan sempit. Mereka akan memulainya dengan memikirkan sebuah ruangan sempit atau memperhatikan sebuah gambar ruangan sempit sembari menggunakan teknik relaksasi, mereka berlatih sampai mereka siap untuk benar-benar berada di ruangan sempit secara fisik. Menggabungkan hal yang menimbulkan rasa takut dengan perilaku relaksasi yang baru saja dipelajari bertujuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan fobia atau kecemasan.
Proses ini meliputi menggabungkan perilaku yang tidak diinginkan dengan stimulus yang tidak disukai dengan harapan bahwa perilaku yang tidak dikehendaki tersebut akhirnya bisa berkurang.
Contohnya:
Seseorang yang menderita alkoholisme bisa menggunakan obat yang disebut dengan disulfiram, yang bisa menyebabkan gejala –gejala seperti sakit kepala, mual, cemas, dan muntah yang sangat parah jika dicampur dengan alkohol. Oleh karena penderita mengalami kesakitan yang sangat saat mereka minum alkohol, maka kebiasaan minum alkohol akan menghilang
Pengkondisian operan menggunakan teknik seperti penguatan positif, hukuman, dan peniruan untuk membantu mengubah perilaku. Strategi-strategi di bawah ini digunakan dalam terapi ini:
Strategi ini bersandar pada penguatan positif – menawarkan pada seorang individu “token-token” yang bisa ditukar dengan barang-barang istimewa atau yang diinginkan jika perilaku positif ditujukkan. Strategi ini adalah taktik umum yang biasanya digunakan oleh para orangtua dan guru untuk membantu meninkatkan perilaku anak-anak lebih baik.
Pendekatan ini menggunakan sebuah kontrak tertulis resmi antara klien dan terapis yang menguraikan tujuan perubahan dari perilaku, penguatan dan penghargaan yang akan diberikan dan juga hukuman-hukuman jika gagal memenuhi tuntutan dalam pejanjian.
Jenis perjanjian-perjanjian ini tidak hanya digunakan oleh terapis, para guru dan orangtua juga menggunakannya dengan murid dan anak-anak dalam bentuk perjanjian perilaku. Kontrak kontigensi bisa menjadi sangat efektif dalam membentuk perubahan perilaku karena peraturannya dikatakan dengan jelas dalam hitam diatas putih, menghindarkan kedua belah pihak untu mundur dari janji mereka.
Teknik ini meliputi pembelajaran dari pengamatan dan peniruan dari perilaku orang lain. Memiliki panutan yang baik dapat membuat seseorang memiliki tujuan yang ingin diraih, membiarkan mereka merubah perilaku mereka menyamai perilaku orang lain. Panutan ini bisa saja terapis sendiri atau orang lain yang udah mereka kenal.
Cara lain untuk merubah perilaku adalah berhenti menguatkan sebuah perilaku dengan tujuan untuk menghilangkan reaksinya. Teknik batas-waktu (time out) adalah contoh yang sempurna untuk proses kepunahan ini. Selama dalam proses batas-waktu, seseorang dikeluarkan dari situasi yang memberikan penguatan.
Contoh:
Seorang anak yang mulai berteriak dan menyerang anak yang lain akan dijauhkan dari kegiatan bermain dan diharuskan untuk duduk diam di sudut ruangan atau di ruangan yang lain dimana tidak ada kesempatan untuknya mendapatkan perhatian dan penguatan. Metode ini tidak hanya berhasil pada anak-anak saja, namun juga berhasil pada orang dewasa.