Ketika Pikiran Terlalu Ramai
Ada masa-masa di mana kita capek bukan karena aktivitas yang padat, tapi karena kepala yang nggak bisa diam.
Tidur susah, makan nggak enak, dan tiap kali sendirian, pikiran mulai muter sendiri kayak film tanpa tombol pause. Kita memutar ulang hal-hal yang sudah lewat, memprediksi kemungkinan terburuk, dan menanyakan hal-hal yang bahkan nggak ada jawabannya.
Itu dia, overthinking.
Sebuah ‘perang dalam kepala’ yang kita ciptakan sendiri. Tanpa sadar, kita jadi korban pelaku di medan perang yang sama.
Bertarung dengan pikiran sendiri memang melelahkan, tidak ada senjata yang benar-benar ampuh selain pikiran itu sendiri, bahkan tubuh-pun bisa kalah lebih dulu sebelum menyerang.
Bukan Lemah, Tapi Terlalu Peduli
Overthinking sering muncul bukan karena kita lemah. Tapi karena kita terlalu ingin mengendalikan segalanya.
Kita ingin memastikan semuanya berjalan sempurna, ingin semua orang tetap bahagia, ingin setiap langkah terasa benar di mata semua pihak.
Kita berusaha mengatur hal-hal di luar kendali kita, berharap dengan begitu semuanya akan aman.
Tapi yang sering terlupa, hidup nggak bisa dikontrol sepenuhnya.
Selalu ada bagian yang berjalan di luar dugaan, dan itu bukan tanda kita gagal, itu cuma tanda bahwa kita manusia.
Karena pada akhirnya, hidup memang nggak sesempurna itu, dan memang nggak harus.
Seni melepaskan overthinking bukan soal berhenti berpikir. Tapi tentang belajar menerima bahwa nggak semua hal bisa dikontrol. Kadang, yang kamu butuhkan bukan jawaban, tapi jeda. Menulis apa yang kamu rasain, curhat ke orang yang bisa dipercaya, atau sekadar duduk tenang tanpa nge-judge pikiran yang datang -effemeralindi
Waktu Akan Menyembuhkan, Kalau Kamu Mau Memberi Ruang
Coba perlahan bilang ke diri sendiri:
“Aku nggak harus tahu semua sekarang.”
Karena kadang, kejelasan datang justru setelah kita berhenti maksa untuk memahaminya.
Kamu nggak gagal hanya karena butuh waktu tenang. Kamu cuma manusia yang lagi belajar berdamai dengan pikirannya sendiri. Itu pun, sudah sebuah keberanian yang luar biasa.
Hidup akan selalu punya ruang untuk hal-hal yang nggak bisa kamu pahamai sekarang. Tapi percayalah, seiring waktu, semuanya akan menemukan tempatnya sendiri.
Teman Tenang untuk Pikiranmu

Kalau akhir-akhir ini pikiranmu terasa penuh, coba luangkan waktu buat ngobrol sama diri sendiri lewat tulisan.
Jurnal Self Love dari Generasi Jiwa Empati (Gen-E) bisa jadi teman yang menemani setiap prosesmu, dari menuliskan rasa, mengurai pikiran, sampai menemukan kelegaan kecil di setiap hal sederhana.
Nggak harus langsung sembuh, cukup mulai pelan-pelan.
Karena setiap tulisan tentang dirimu sendiri, adalah bentuk kecil dari mencintai diri yang sedang berjuang. Kamu bisa akses di sini.
Kalau kamu sedang berproses untuk jadi versi diri yang lebih tenang dan kuat, yuk lanjut baca artikel self-improvement lainnya di themonachopsis.com ruang untuk kamu yang sedang belajar memahami diri.