Mindfulness merupakan kondisi berada pada masa kini dan sadar akan kondisi tubuh, pikiran, lingkungan sekitar dan juga perasaan. Terapi Kognitif berbasis Mindfulness berakar pada tradisi Budha dan semakin disesuaikan untuk digunakan dalam terapi.
Terapi Kognitif berbasis Mindfulness (Mindfulness Based Cognitive Therapy – MBCT) merupakan bentuk modifikasi dari terapi kognitif yang menggabungkan latihan-latihan kesadaran penuh (mindfulness) seperti meditasi dan latihan pernafasan. Terapi ini dikembangkan oleh Zindel Segal, Mark Williams, dan John Teasdale, dan awalnya diperoleh dari pekerjaan Teasdale, Jon Kabat-Zinn, dan Philip Barnard sebelumnya.
Terapis Mindfulness mengajarkan para klien bagaimana caranya melepaskan diri dari pola pikir negatif yang dapat membuat pikiran semakin menurun sampai pada kondisi depresi, sehingga mereka akan mampun melawan depesi sebelum terjadi.
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy – CBT) membantu Anda untuk mengenali dan menata ulang pola pikir negative yang mengarah pada kecemasan dan depresi.
Mengulang pertanyaan, Terapi Kognitif berbasis Mindfulness juga membantu Anda untuk mengenali pikiran negatif, dan, seperti CBT, juga mempelajari bahwa pikiran bukanlah kenyataan namun sesuatu yang bisa Anda pandang lebih luas. Namun, MBCT kemudian menggunakan mindfulness –mengenali apa yang sedang terjadi atas diri Anda di masa kini, apa yang sedang Anda pikirkan, rasakan, dan alami saat ini – untuk membantu Anda tidak begitu terperangkap pada lingkaran mental sejak awal.
CBT menggunakan kesadaran untuk memahami proses pikiran negative. Dengan kata lain, CBT merupakan terapi “berpikir”. CBT itu analitis, menugaskan klien dengan memetakan emosi dan reaksi mereka sebagai pekerjaan rumah. Sekalipun CBT dilakukan dengan mencatat reaksi tubuh pada tekanan dan pikiran negative, CBT bisa disebut dengan terapi “berbasis-pikiran”. Fokus terapi ini berada pada “mengusir” pikiran negatif secara mental.
Pedoman yang digunakan dalam rangkaian sesi MBCT agak berbeda, dan boleh menggabungkan hal-hal seperti fokus pernafasan (dimana Anda menghabiskan waktu beberapa menit untuk menaruh perhatian Anda pada pernafasan Anda), pengamatan tubuh (mengamati tegangan dan sensasi dalam tubuh) dan duduk meditasi. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi proses “rasa.” Terapi ini bisa dilihat berdasarkan pengalaman, bukan hanya bedasarkan analisis, dan meskipun masih melibatkan banyak tugas dengan menerima pola pikiran, namun MBCT lebih “berbasis-tubuh” daripada CBT. Fokusnya adalah pada penerimaan pikiran yang timbul, kemudian melepaskannya.
MBCT dikembangkan untuk orang-orang dengan episode depresi atau ketidakbahagiaan yang berulang, mencegah agar tidak kambuh lagi. MBCT telah terbukti efektif pada pasien dengan gangguan depresi mayor yang telah mengalami setidaknya tiga kali episode depresi.
Pencegahan pengulangan berbasis mindfulness bisa juga berguna untuk merawat gangguan kecemasan yang digeneralisasi dan juga gangguan ketergantungan.
MBCT juga telah ditunjukkan untuk memperbaiki gejala depresi pada beberapa orang dengan kondisi kesehatan fisik, seperti penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan cedera otak traumatis.
MBCT merupakan bentuk terapi yang relatif baru. Percobaan klinis pertama kali diterbitkan pada tahun 2000 –kaidah gabungan modul reduksi stress berbasis mindfulness dari Kabat-Zin, program 8 minggu yang disusun untuk membantu orang-orang mengatasi masalah kesehatan yang terpengaruh secara mental dan fisik.
MBCT merupakan terapsi kelompok, dengan sesi pertemuan sekali seminggu, selama dua jam, dipimpin oleh terapis Anda, sebagai bagian dari program-delapan-minggu.
Walaupun tidak ada konsensus baru tentang bagaimana harus mendefinisikan mindfulness, konsep dasarnya mengacu pada praktek pengembangan, dengan tidak menghakimi, sebagai kesadaran yang lebih dalam akan apa yang terjadi di dalam pikiran dan tubuh seseorang dari waktu ke waktu.
Anda akan belajar teknik meditasi dan juga prinsip dasar dari kesadaran, seperti hubungan antara cara Anda berpikir dan bagaimana Anda merasakan.
Anda juga akan memiliki kesempatan untuk mempelajari lebih banyak tentang kondisi depresi Anda. Pada hari-hari dimana tidak ada sesi terapi, akan ada PR, termasuk juga mempraktekkan latihan pernapasan dan meditasi pikiran.