Terapi Perilaku Dialektis

Oleh: NN

Dilihat:
kali

Apa itu Terapi Perilaku Dialektis?

Terapi Perilaku Dialektis (Dialectical Behavioral Therapy – DBT) merupakan jenis dari terapi bicara. Terapi ini berbasis pada Terapi Perilaku Kognitif (CBT), namun telah disesuaikan untuk membantu orang-orang yang mengalami emosi yang sangat kuat.

DBT awalnya dikembangkan untuk merawat penderita dengan riwayat bunuh diri kronis yang didiagnosa dengan Gangguan Kepribadian Ambang (BPD). Saat ini DBT dikenal sebagai perawatan psikologis standar tinggi. Sebagai tambahan, penelitian menunjukkan bahwa DBT memang efektif dalam menangani gangguan lain dengan jangkauan yang lebih luas seperti ketergatungan obat, depresi, Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD), dan gangguan makan.

Apa perbedaan antara CBT dan DBT?

Tantangan apa yang paling sesuai untuk melakukan terapi DBT?

DBT telah disesuaikan untuk orang-orang muda dan merupakan perawatan berbasis fakta. Perawatan ini biasanya direkomendasikan untuk orang-orang yang telah mencoba terapi yang kurang intens dan masih memiliki kesulitan. DBT efektif terutama untuk kasus-kasus dan gangguan-gangguan berikut ini:

Berapa lama terapi ini berlangsung?

Lama terapi tergantung pada setiap individu, namun penelitian menunjukkan bahwa perawatan DBT selama 6 bulan sampai satu tahun merupakan waktu yang paling efektif.

Apa yang terjadi selama sesi DBT berlangsung?

Target dari terapi DBT adalah untuk membantu orang-orang mengelola emosi berat mereka dengan membiarkan mereka mengalami, mengakui dan menerima emosi mereka. Kemudian, begitu mereka belajar menerima dan mengatur emosi mereka, maka mereka pun akan menjadi lebih mampu untuk merubah perilaku berbahaya mereka. Untuk membantu orang-orang mencapai tujuan ini, para terapis DBT menggunakan sebuah teknik penerimaan dan perubahan yang seimbang.

Orang-orang yang menjalani terapi DBT diajarkan bagaimana merubah perilaku mereka secara efektif dengan menggunakan empat strategi utama:

Bagian-bagian dari DBT

Bagian ini membantu seseorang untuk mengenali kekuatan mereka dan membangunnya sehingga orang tersebut bisa merasa lebih baik akan diri mereka sendiri dan kehidupan juga mereka.

DBT membantu mengenali pikiran, keyakinan, dan asumsi yang membuat hidup menjadi lebih keras: “Saya harus menjadi sempurna dalam segala hal.” “Jika saya marah, maka saya adalah orang yang sangat buruk” dan membantu orang-orang utnuk mempelajari cara berpikir yang berbeda yang bisa membuat hidup terasa tidak terlalu berat: “Saya tidak harus menjadi sempurna untuk membuat orang-orang memperhatikan saya,” “Orang-orang marah, itu hal yang wajar”

Dibutuhkan perhatian yang terus-menerus untuk hubungan antara klien dan staf. Dalam DBT, orang-orang dinjurkan untuk mengembangkan masalah-masalah dalam hubungan mereka dengan terapis mereka dan terapis mereka akan melakukan hal yang sama dengan mereka. Dalam terapi DBT, klien diminta untuk menyelesaikan PR mereka, untuk bermain peran cara baru untuk berinteraksi dengan orang lain, dan untuk melatih ketrampilan seperti menenangkan diri sendiri saat mereka marah. Ketrampilan ini, bagian yang paling krusial dalam DBT, diajarkan dalam minggu-minggu pelajaran berlangsung, ditinjau dalam minngu-minggu belajar kelompok, dan diajukan dalam hampir setiap kelompok. Para terapis individu membantu orang tersebut untuk mempelajari, menggunakan dan menguasai keterampilan dalam terapi DBT.