Gangguan Kepribadian Ambang

Oleh: NN

Dilihat:
[post-views]
kali

Apa itu Gangguan Kepribadian Ambang

Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder/BPD) juga dikenal sebagai gangguan kepribadian emosional yang tidak stabil (Emotionally Unstable Personality Disorder/EUPD). Pada bagian ini kami menyebutnya BPD. BPD adalah tipe ‘gangguan kepribadian’ yang membuat Anda bergulat dengan emosi, hubungan interpersonal, citra diri, dan perilaku Anda. Disebut ‘ambang’ (borderline) karena dulu para dokter mengiranya sebagai perbatasan antara dua gangguan yang berbeda: neurosis dan psikosis.

Orang dengan BPD menunjukkan tingginya intensitas perilaku melukai diri sendiri, seperti menyilet kulit, dan pada kasus yang parah, tingkat percobaan bunuh diri dan bunuh diri  yang signifikan. Cacat akibat BPD serta risiko bunuh diri paling banyak terjadi pada usia dewasa muda (young-adult) dan akan cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. BPD lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki, dengan 75% kasus terdiagnosis di kalangan perempuan.

 

Jenis-jenis Gangguan Kepribadian Ambang

Jika Anda memiliki tipe EUPD ambang, Anda bisa mengalami kesulitan dengan urusan menjalin hubungan, melukai diri sendiri, dan perasaan hampa.

Jika Anda memilki EUPD tipe impulsif, Anda bisa lebih banyak mengalami kesulitan dengan perilaku impulsif dan perasaaan marah.

 

Gejala-gejala

 

Penyebab

Para peneliti percaya bahwa BPD terjadi akibat kombinasi rentannya seseorang terhadap tekanan, pengabaian, atau kekerasan dari lingkungan sekitar saat masih kecil dan serangkaian kejadian yang memicu awal munculnya gangguan di masa dewasa muda. Orang dewasa dengan BPD juga lebih besar kemungkinannya untuk menjadi korban kekerasan, termasuk pemerkosaan, dan tindak kejahatan yang lain. Insiden-insiden ini bisa dipicu dari lingkungan yang membahayakan serta keimpulsifan si korban, ditambah lagi buruknya cara penilaian mereka dalam memilih pasangan dan gaya hidup.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak penderita BPD yang melaporkan riwayat kekerasan, pengabaian, atau perceraian saat masih kecil. 40 sampai 71 % pasien BPD melaporkan telah mengalami pelecehan seksual, biasanya bukan oleh orang yang merawat mereka (noncaregiver).

Neurosains  sedang menyingkap mekanisme otak yang mendasari keimpulsifan, ketidakstabilan mood, perilaku agresi, kemarahan, dan emosi negatif yang terlihat pada BPD. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang cenderung melakukan serangan/agresi secara impulsif memiliki kecacatan pada tata neural sirkuit yang mengatur emosi. Amigdala otak, struktur kecil berbentuk almond, merupakan komponen penting dari sirkuit yang mengatur emosi negatif. Untuk merespons sinyal dari pusat otak yang lain yang mengindikasikan perasaan terancam,  bagian itu menyusun rasa takut dan terangsang, yang bisa lebih terasa di bawah pengaruh stres atau obat-obatan seperti alkohol. Area-area di depan otak (daerah prefrontal) bertindak memperkuat aktivitas sirkuit ini. Studi-studi pencitraan otak baru-baru ini menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam kemampuan mengaktifkan daerah korteks serebral prefrontal tampaknya terlibat dalam aktivitas penghambatan yang memprediksi kemampuan untuk menahan emosi negatif.