Seks dan seksualitas manusia adalah inti dari menjadi manusia, jadi alami untuk memikirkan seks dalam segala variasi bentuknya. Kecanduan seks seperti manusia –muncul dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda. Artinya Anda sedang mengalami sejenis masalah yang bisa tiba-tiba memengaruhi siapa saja, kapan pun di kehidupan mereka, karena alasan tertentu atau tanpa ada alasan sama sekali.
Meskipun kecanduan seks biasanya dijadikan bahan tertawaan di banyak program televisi dan majalah serta film, realitasnya kecanduan seks adalah kondisi yang menghancurkan keluarga, hubungan, dan juga hidup. Kecanduan seks bisa merujuk pada berbagai perilaku yang dilakukan secara berlebihan dan secara signifikan berdampak negatif pada kehidupan seseorang.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders –V (DSM-V) belum mendaftarkan kecanduan seks sebagai kondisi yang bisa didiagnosis, namun penelitian menujukkan bahwa ada kelaziman yang jelas dari perilaku seksual yang merugikan, yang mirip dengan perkembangan kecanduan “zat kimia”.
Kecanduan seks juga disebut kecanduan seksual, ketergantungan seksual, hiperseks, gangguan hiperseks, perilaku seksual kompulsif, satyriasis (pria), nymphomania (perempuan), dan kompulsivitas seksual.
Orang-orang dengan kondisi ini juga pasti memperlihatkan pola aktivitas seksual sebagai reaksi terhadap periode suasana hati yang terganggu, contohnya ketika mereka sedang depresi. Orang-orang ini juga menggunakan seks sebagai cara untuk menghadapi stres.
Psikolog peneliti dan asisten profesor di Psikiatri Semel Institute of Neuroscience and Human Behavior di UCLA, Rory Reid, memimpin satu tim dokter serta konselor keluarga dan perkawinan untuk meneliti kriteria inti agar bisa membantu para profesional membuat diagnosis gangguan hiperseks secara memadai.
Temuannya, yang dipublikasikan di Journal of Sexual Medicine, akan berperan dalam menentukan apakah gangguan hiperseks merupakan bagian dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder ke-5 yang sudah diperbarui (DSM-5), yang sebut sebagai “kitab sucinya” ilmu kejiwaan.
Menurut Reid, penelitian itu signifikan karena mengajukan gagasan bahwa gangguan hiperseks adalah penyakit kesehatan mental yang nyata.
Tidak ada kategori pemisah, tapi kecanduan seksual bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk kecanduan pada:
Jika Anda atau orang tercinta Anda mengidap kecanduan seks, Anda mungkin tidak bisa memiliki batasan yang sehat. Jika suami Anda ketagihan seks porno, Anda bisa merasa terasing, terisolasi, depresi, marah, atau dipermalukan dan memerlukan perawatan bagi diri sendiri.
Jika Anda yang kecanduan seks, Anda mungkin dengan mudah menjalin hubungan dengan orang lain baik secara seksual atau emosional tak peduli seberapa baik Anda mengenal mereka (berdasarkan Sex and Love Addicts Anonymous). Karena kebanyakan orang yang ketagihan seks takut ditelantarkan, mereka mungkin mempertahankan hubungan yang tidak sehat atau mereka bisa saja berpindah dari satu hubungan ke hubungan lain. Ketika sendirian, mereka bisa merasa hampa atau tak lengkap. Mereka juga mungkin mengobjektifikasi perasaan seperti rasa bersalah, kesepian, atau ketakutan.
Meskipun kecanduan seks atau pornografi bisa menciptakan banyak efek samping secara fisik, hanya sedikit gejala fisik gangguan ini terlihat. Namun, gejala fisik paling banyak kecanduan seks yang mungkin Anda sadari adalah merasa lumpuh akibat obsesi seksual atau emosional.
Sebagai tambahan, kecanduan seks kemungkinan besar berdampak negatif pada beberapa aspek hidup seseorang. Hal ini bisa mengarah pada:
Kecanduan ini bisa memiliki efek psikologis yang sangat mendalam seperti memunculkan rasa malu, tak kompeten, dan tekanan emosional. Hal ini bisa mengarah ke atau berakar dari gangguan psikologis yang tak wajar seperti:
Penting untuk tahu bahwa mulai mengatasi permasalahan yang terjadi secara bersamaan dalam hidup seseorang seperti depresi, kecemasan sosial, atau isolasi sosial bisa mempermudah pemulihan dari kecanduan seks.