Beberapa kalangan menyebutnya “Psikologi Harapan” (Psychology of Hope) atau “Psikologi Jiwa” (Psychology of the Soul). Psikosintesis dikembangkan di awal abad 20-an oleh seorang ahli jiwa Italia, Roberto Assgioli. Tidak seperti Freud, ia percaya pada konsep kemanusiaan yang lebih inklusif –yaitu yang mengintegrasikan elemen spiritual dan psikologis.
Psikosintesis adalah pendekatan terapeutik yang bertujuan memfasilitasi dan memandu individu dalam perjalanannya untuk tumbuh, sadar diri, dan aktualisasi diri. Ini adalah terapi model transpersonal, yang memerhatikan potensi seseorang untuk masa depan dan aspirasi yang lebih besar untuk sifat yang lebih tinggi, seperti cinta kasih, altruisme, intuisi, dan kreativitas.
Psikosintesis menekankan pada penemuan makna dan tujuan dalam hidup. Proses terapinya memfasilitasi perjalanan untuk menemukan itu semua. Proses terapeutiknya dianggap sebagai perjalanan untuk meningkatkan kesadaran dan perkembangan diri. Dalam perjalanan itu sang klien menemukan dan mengembangkan kekuatan dalam diri serta kemampuan untuk menjalani hidup yang mereka inginkan. Karenanya, psikosintesis adalah model terapeutik yang memandang seorang individu secara menyeluruh, termasuk kepribadian dan jiwa mereka.
Psikosintensis memanggil semua bagian dari diri klien, yang membuat mereka bisa mengatasi perilaku dan konflik yang menghancurkan diri sendiri, tanpa menciptakan lebih banyak masalah dalam prosesnya.
Hal ini membuat terapi psikosintensis sangat bermanfaat bagi orang-orang yang menderita permasalahan rendahnya kepercayaan diri, kecemasan, depresi, trauma, PTSD, dan masalah kerja atau hubungan dengan orang lain –intinya, apa pun yang berdampak besar terhadap harga diri, kesejahteraan, dan kepuasan hidup. Tambahan manfaat bagi psikosintesis termasuk:
Keseluruhan proses psikosintesis bisa dibagi ke dalam dua tahapan: personal dan transpersonal.
Tahapan personal melibatkan penyembuhan dan integrasi berbagai aspek kepribadian dan diri melalui proses aktualisasi diri. Artinya klien mampu mengidentifikasi dan menentukan kontrol bagi aspek-aspek keberadaan mereka, sehingga mampu mencapai level fungsionalitas yang lebih tinggi dalam hal pekerjaan, hubungan, dan ruang-ruang lain yang bermakna dalam kehidupannya.
Tahap kedua – psikosintesis transpersonal – melibatkan bagian realisasi diri dalam terapi, yaitu ketika sang klien menjalin kontak dengan panggilan terdalam dan tujuan yang paling dia inginkan dalam hidupnya. Dengan mencapai kesejajaran dengan diri transpersonal, klien bisa mengakses pedoman dan kebijakan dari dalam dirinya. Hal ini membuat mereka bisa menemukan peningkatan kreativitas, spiritualitas tingkat tinggi, dan kondisi kesadaran yang meluas.
Mendorong maju proses ini merupakan beragam teknik yang diambil dari pendekatan-pendekatan terapeutik lainnya. Pendekatan ini disesuaikan berdasarkan kebutuhan individual, situasi eksistensial, tipe kondisi psikis, tujuan masa depan dan jalur pengembangan yang diinginkan klien. Para terapis juga akan memastikan teknik-teknik yang digunakan bisa menangani klien secara keseluruhan –membantu mereka mengidentifikasi, memahami, dan menerima setiap lapisan kesadaran diri mereka, seiring dengan terungkapnya lapisan itu satu demi satu.
Dalam kerangka kerja psikosintesis, ragam metode yang paling banyak digunakan meliputi: