Aku adalah anak pembawa sial yang kalian percaya sejak lahir, selalu jadi beban di keluarga, sering membuat masalah sampai dihina, dipukul, dan dihukum. Apakah kalian tahu? Hal itu membuat aku trauma dan merasa takut sampai sekarang.
Ma, yah, kakak, adik, maaf kalau aku banyak salah, merepotkan, dan belum bisa membanggakan kalian. Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk bisa berprestasi di sekolah dan membantu pekerjaan rumah, tetapi, tetap sama. Sikap kalian masih sama, bahkan hatiku masih terluka.
Tanpa kalian tahu, aku sering menangis diam-diam di malam hari, merasakan sakit lebam di tubuh, dan memendam perasaan ini jauh lebih sulit.
Saat masih kecil aku mengira bahwa keluarga adalah satu-satunya harta paling berharga dan tempat bersandar di saat lelah. Aku kira, aku bahagia mempunyai keluarga yang utuh untuk bisa saling mendukung, menerima, dan mengerti. Namun, semua dugaan itu adalah salah besar. Aku tahu, kalian tidak akan peduli di saat aku sedih.
Karena hal itu, bagiku keluarga adalah musuh terbesar dalam hidup. Kalian tidak merasa bahwa aku ini hanyalah manusia. Dianggap seperti boneka yang dijahit lalu dirobek kembali. Aku hanya ingin menjauh dari keluarga ini dan hidup tenang sendiri dalam kedamaian. Kalian juga sudah muak kan hidup bersamaku?
Tenang, aku pasti akan pergi dari keluarga ini kok. Tetapi, kalian tetap keluargaku.
Aku sayang kalian, terima kasih sudah susah payah mengurus dan membimbingku dari lahir. Kalian orang yang hebat, terutama mama dan ayah.
Kakak, adik, jaga mama dan ayah, ya. Semoga sehat selalu, panjang umur, aamiin. Doaku selalu ada untuk kalian.
Salam cinta,
Lina Vanya
(Dari cerita Anak Pembawa Sial oleh Ayesha dalam buku Paduan Tanpa Suara)