Terapi psikodinamis – atau konseling psikodinamis, yang juga dikenal dengan terapi berorientasi wawasan (insight-oriented therapy) – adalah pendekatan terapeutik yang merangkul usaha dari semua terapi analisis.
Terapi ini berfokus pada proses ketidaksadaran yang terwujud pada perilaku masa kini seseorang, juga sama-sama berfokus pada hubungan sang pasien dengan dunia luarnya.
Tujuan utama terapi psikodinamis adalah individu yang menjalaninya bisa mendapatkan wawasan yang lebih besar tentang konflik ketidaksadarannya, serta lebih mengenali perasaan dan motivasi dirinya. Wawasan dianggap sebagai mekanisme yang bisa mengarah pada meredanya gejala gangguan.
Selain itu, terapi psikodinamis bertujuan membantu pasien mengembangkan sumber daya kejiwaan dalam dirinya dan mampu menghadapi permasalahan psikis yang disebabkan penderitaan emosi dengan lebih baik. Pasien melakukan terapi dengan menghadapi permasalahan yang secara tidak sadar sudah ditekan tetapi masih memengaruhi kehidupannya. Dengan mempelajari cara yang lebih sehat untuk mengatasinya, semua permasalahan itu tidak akan menghambat usaha untuk menjalani hidup yang lebih memuaskan.
Akarnya sebagian besar berasal dari pendekatan psikoanalisis Freud. Tapi pendekatan Carl Jung, Alfred Adler, Otto Rank, dan Melanie Klein juga semuanya diterima secara luas untuk pengembangan konsep dan penerapan psikodinamis yang lebih lanjut. Terapi ini adalah bentuk tertua dari terapi modern.
Berdasarkan banyak terapis yang mempraktikkan orientasi terapeutik, istilah terapi “psikoanalisis” dan “psikodinamis” seringkali digunakan secara bergantian. Namun, perbedaan dasar yang lebih relevan ada pada konteks terapi.
Terapi psikoanalisis secara khusus memiliki dua arti. Pertama, teori untuk memahami presentasi klinis, dan mungkin bahkan untuk memahami orang secara umum. Istilah ini juga digunakan untuk mendeskripsikan bentuk psikoterapi intensif dalam arti yang paling klasik, yang melibatkan perawatan jangka panjang, bahkan hingga bertahun-tahun.
Perawatan dilakukan beberapa kali dalam seminggu. Pasien akan duduk di sofa dan ditangani oleh terapis yang merupakan psikoanalis bersertifikat. Terapi ini biasanya terdiri dari 15 sampai 25 sesi singkat – dan seringkali mirip dengan jumlah sesi CBT. Kebanyakan diadakan seminggu sekali secara perseorangan.
Sebagian besar terapi psikodinamis terdiri dari psikoanalisis. Psikodinamis menciptakan dugaan tentang bagaimana pikiran bekerja berdasarkan teori psikoanalisis. Namun, tekniknya sungguh sangat berbeda dari perawatan psikoanalisis tradisional.
Terapis bisa jadi bukan psikoanalis bersertifikat, tapi seseorang yang terlatih untuk melakukan terapi psikoanalisis dan psikodinamis yang dianggapnya sebagai orientasi terapeutiknya.
Terapi psikodinamis paling banyak digunakan untuk menangani depresi dan gangguan psikologis serius lainnya, terutama bagi mereka yang kehilangan makna hidup dan kesulitan menjalin atau mempertahankan hubungan dengan orang lain. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa penerapan terapi psikodinamis juga efektif bagi masalah kecanduan, gangguan kecemasan sosial, dan gangguan makan.
Terapi psikodinamis tidak seintens psikoanalisis formal. Sesinya biasa dilakukan sekali seminggu. Umumnya tiap sesi berdurasi 50 menit. Terapi psikodinamis yang ringkas berorientasi pada tujuan dan bisa dilakukan sebanyak 25 sesi. Terapi psikodinamis jangka panjang bisa membutuhkan 2 tahun atau lebih.
Dengan bantuan terapis, pasien akan didorong untuk membicarakan isi pikirannya dengan bebas, termasuk permasalahan saat ini, perasaan yang kontradiktif, perasaan yang menimbulkan masalah atau perasaan terancam, perasaan di masa lalu yang mungkin tidak diakui atau disadari oleh klien, ketakutan, hasrat, impian, dan fantasi.
Pasien bisa mengalami peningkatan yang berkelanjutan setelah terapi selesai. Meskipun beberapa pasien cukup menjalani terapi jangka pendek selama setahun atau kurang, pasien lainnya mungkin baru bisa mendapatkan manfaat yang lebih bertahan lama setelah mengikuti terapi jangka panjang.